RANNEWS.CO.ID, JAKARTA – Kesehatan dan produktivitas orangtua merupakan pilar utama penopang keberlangsungan keluarga, oleh karena itu kita harus berupaya untuk memberikan edukasi kesehatan menyeluruh, salah satunya melalui Bincang Kesehatan Seri-3 pada hari ini. Kegiatan ini merupakan kerjasama antara KemenPPPA, Ikatan Pimpinan Tinggi Perempuan Indonesia (PIMTI), dan Novartis Indonesia.
Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Lenny N. Rosalin mengungkapkan, webinar ini diselenggarakan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman anggota Ikatan PIMTI Perempuan Indonesia, dan jajaran KemenPPPA, serta Dinas PPPA di seluruh Indonesia tentang kesehatan, khususnya penyakit mata terkait diabetes dan pertambahan usia, deteksi dini dan penanganan yang tepat, serta memberikan kesempatan untuk terhubung dan bertanya kepada ahli untuk mendapatkan informasi yang akurat, sehingga nantinya dapat menyebarkan kesadaran kesehatan di bidangnya masing-masing.
“Berdasakan data dari Kementerian Kesehatan tahun 2020, diabetes melitus menjadi penyebab utama kebutaan, penyakit jantung, dan gagal ginjal di Indonesia. Prevalensi diabetes melitus dalam persentase menurut jenis kelamin pada tahun 2013-2018 menunjukkan angka perempuan lebih rentan terkena penyakit ini. Oleh karena itu, kegiatan ini diselenggarakan sebagai bentuk upaya dalam mengetahui gejala, mendeteksi dini, dan melakukan penanganan terhadap penyakit ini,” ujar Lenny dalam Bincang Kesehatan bersama Ikatan Pimpinan Tinggi Perempuan Indonesia (PIMTI) dengan tema “Waspadai Penyakit Mata Terkait Diabetes Dan Pertambahan Usia”.
Country Head of Public Affairs, Communications, & Patient Advocacy Novartis Indonesia, Hanum Yahya menyampaikan kegiatan hari ini menjadi contoh nyata yang baik sebagai bentuk kerjasama antara sektor publik dan privat dalam rangka mewujudkan peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara sinergis. “Mata adalah jendela dunia, jendela bagi masyarakat untuk melihat dan meraih masa depan yang mana 80 persen dari apa yang kita rasakan datang dari mata kita. Oleh karena itu, pembangunan kesehatan masyarakat yang terbebas dari gangguan kesehatan mata adalah hal yang penting. Sayangnya, masih banyak hambatan dan tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan hal tersebut. Novartis Indonesia dan KemenPPPA bersinergi untuk meningkatkan pemahaman dan kewaspadaan terhadap penyakit mata terkait diabetes dan pertambahan usia. Harapan kami, peserta webinar hari ini dapat menjadi penyampai pesan yang strategis mengenai pentingnya mengetahui gejala, kemudian melakukan deteksi dini, dan mendapatkan penanganan yang tepat,” ungkap Hanum.
Ketua Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) Jakarta sekaligus Head of Retina Service JEC Eye Hospital and Clinics, DR. dr. Elvioza, SpM(K) menyampaikan materi terkait memahami gejala, deteksi dini yang tepat, dan penanganan penyakit mata terkait diabetes dan pertambahan usia. dr. Elvioza mengatakan salah satu penyebab kebutaan berasal dari penyakit mata terkait diabetes dan pertambahan usia. “Diabetes merupakan epidemi berkembang di seluruh dunia yang mempengaruhi populasi usia kerja. Pasien dengan diabetes memiliki risiko lebih tinggi mengalami beberapa komorbid dan kondisi kronis. Sementara itu, kehilangan pengelihatan merupakan komplikasi yang paling ditakuti dari diabetes,” ujar dr. Elvioza.
dr. Elvioza menjelaskan Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronik degeneratif yang morbiditas dan mortalitasnya tinggi di dunia. Sementara itu, Retinopati Diabetika (RD) pada tahap awal bersifat asimptomatik dan sering kali baru menunjukan gejala ketika sudah pada level advanced, dan pada tahap tersebut sudah terlambat untuk memberikan terapi yang efektif. Diabetik Macular Edema (DME) merupakan suatu penyakit berupa penebalan atau edema yang berisi cairan dan konstituen plasma di lapisan outer plexiform retina. Terkait dengan penambahan usia, terdapat penyakit Age-Related Macular Degeneration (AMD) atau degenerasi makula adalah penyakit mata progresif yang dapat menyebabkan hilangnya penglihatan dengan cepat dan menjadi salah satu penyebab kebutaan terbesar secara global.
“Deteksi awal merupakan kunci dari manajemen pencegahan dan penanganan Retinopati Diabetika dan Diabetik Macular Edema. Keduanya membutuhkan deteksi sedini mungkin dan kontrol glikemik yang optimal untuk memperlambat perkembangan penyakit. Pada tahap awal, RD pada umumnya tidak memiliki gejala, dan pada tahap lanjutan RD pada DME akan terjadi pengaburan hingga kehilangan pengelihatan. Pasien RD dan DME memiliki profil komorbidilitas yang kompleks dan membutuhkan menajemen jangka panjang. Sementara itu, AMD yang menyerang pasien diabetes di atas 60 tahun berisifat degeneratif dan dapat mengakibatkan kebutaan permanen. Terapi yang tepat dan penanganan sedini mungkin dapat mencegah kehilangan pengelihatan permanen,” jelas dr. Elvioza. (vin)