Program Guru Penggerak Angkatan 3, Meriahnya Festival Panen Hasil Belajar Di 8 Kabupaten 3 Provinsi

3 views
Sumber : disdik.jabarprov.go.id

RANNEWS.CO.ID, BANDUNG – Pada 13 dan 14 Mei 2022 telah diselenggarakan Lokakarya 7 oleh calon guru penggerak (CGP) angkatan 3 di 8 kabupaten 3 provinsi di bawah asuhan P4TK TK PLB Kemendikbudristek RI. Kedelapan kabupaten ini adalah Kabupaten Bireun dan Kabupaten Aceh Timur di Provinsi Aceh, Kabupaten Karawang, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Subang di Provinsi Jawa Barat serta Kabupaten Kampar dan Kabupaten Kuantan Singingi di Provinsi Riau.

Ada yang berbeda dari Lokakarya 7 ini. Pada 14 Mei 2022 diselenggarakan Festival Panen Hasil Belajar para calon guru penggerak setelah menjalani pendidikan guru penggerak selama 6 bulan. Yang lebih menarik, Lokakarya 7 ini dihadiri seluruh stakeholder di kabupaten tersebut. Mulai dari pemerintahan daerah, Dinas Pendidikan, seluruh kepala sekolah dan perwakilan pengawas dari calon guru penggerak, dunia kerja dan industri, organisasi profesi dan komunitas praktisi, pengusaha daerah, dan lainnya.

Bahkan, di Lokakarya 7 ini ada beberapa daerah yang langsung dihadiri bupatinya, seperti Kabupaten Kuningan, Kabupaten Subang, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Aceh Timur, dan Kabupaten Kuantan Singingi. Hal ini menunjukkan dukungan yang sangat tinggi dari pemerintah daerah terhadap program pendidikan guru penggerak dari Kemendikbudristek RI. Bahkan, Kabupaten Kuningan akan segera mendeklarasikan Kuningan sebagai kabupaten pendidikan.

Pada Lokakarya 7 ini, calon guru penggerak memamerkan karya yang telah mereka lakukan selama 6 bulan mengikuti pendidikan guru penggerak. Hasil karya tersebut beraneka ragam, mulai dari produk hasil belajar, media pembelajaran, inovasi, aktivitas dalam kegiatan pembelajaran yang mengambil ruh dari pendidikan merdeka belajar, dan lain-lain.

Ada beberapa produk yang sangat menarik perhatian, di antaranya pupuk organik cair (POC) Banceong yang dihasilkan dari produk eceng gondok dan keong, hasil karya salah satu CGP di Kabupaten Karawang. Latar belakang dihasilkannya produk hasil belajar melalui pembelajaran project ini adalah pendekatan pembelajaran berbasis budaya local (local context), dimana di daerah tersebut banyak sekali hama eceng gondok dan keong. Dengan pemanfaatan eceng gondok dan keong sebagai pupuk organik cair, diharapkan reproduksi eceng gondok dan keong dapat dikendalikan.

Ada yang menarik perhatian, yaitu salah satu karya calon guru penggerak berupa inovasi aktivitas pembelajaran bernama ODOL. Ya, ODOL ini kepanjangan dari One Day One Leader. Calon guru penggerak yang bertugas di sekolah dasar ini memberikan alasan dibuatnya ODOL, yakni ingin membiasakan dan membentuk soft skill peserta didiknya sedari dini. Ketika siswa diberi kesempatan menjadi ketua murid, akan melatih beberapa soft skill yang bermanfaat untuk masa depannya. Misalnya leadership (kepemimpinan), disiplin, dan tanggung jawab. Ini juga sesuai dengan ruh pendidikan Merdeka Belajar melalui Kurikulum Merdeka, dimana peserta didik tidak hanya dituntut cerdas secara kognitif, tetapi juga kompeten dalam aktivitas psikomotorik dan memiliki karakter Profil Pelajar Pancasila.

Kegiatan Lokakarya 7 ini diisi dua narasumber yang luar biasa, srikandi pendidikan di Indonesia, yaitu Ibu Shirley Puspitawati, M.Sc., M.Ed dan Ibu Dr. Murti Ayu Wijayanti, M.Pd.

Kak Shirley dan Kak Ayu, demikian mereka akrab disapa, merupakan penulis modul, instruktur, dan narasumber PGP. Pada talkshow tersebut, kedua narasumber berbagi mengenai Guru Penggerak dan Kurikulum Merdeka: Kesiapan dan Tantangan. Dalam talkshow tersebut, Kak Ayu membuat pernyataan yang menohok karena guru penggerak merupakan ujung tombak pelaksanaan Kurikulum Merdeka, mengutip penyataan Dirjen GTK Kemendikbudristek RI, Bapak Dr. Iwan Syahril bahwa guru penggerak hadir sebagai agen perubahan ekosistem pendidikan dan akan memimpin transformasi ekosistem pendidikan di Indonesia (Maret, 2022). Kak Ayu juga menjelaskan lebih jauh mengenai Kurikulum Merdeka dan bagaimana kesiapan para calon guru penggerak dikaitkan dengan modul yang diajarkan kepada mereka selama 6 bulan mengikuti kegiatan pendidikan guru penggerak. Misalnya, salah satu karakteristik Kurikulum Merdeka adalah “lebih sederhana dan mendalam” sehingga dapat fokus terhadap materi esensial dan pengembangan potensi peserta didik pada fasenya. Dalam karakteristik ini, CGP mempelajari dalam Modul 1.2 mengenai Filosofi Pendidikan Kihajar Dewantara; Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi; dan Modul 2.3 Coaching. Adapun Kak Shirley berbagi mengenai tantangan internal dan eksternal yang dihadapi para guru penggerak dalam melaksanakan Kurikulum Merdeka. Tantangan internal terdiri dari motivasi dan krisis diri, sedangkan tantangan eksternal terdiri dari rekan sejawat, keluarga, pemangku kepentingan terkait, sosial budaya, dan murid.

Pelaksanaan Lokakarya 7 ini sangat meriah. Para guru penggerak hebat bukan hanya berbagi inspirasi dan ide hasil karya yang telah dilaksanakan di sekolahnya, tetapi juga terjadi sinergisme seluruh stakeholder di kabupaten tersebut. Mulai dari pemerintah daerah, Dinas Pendidikan, dunia kerja dan dunia industri, organisasi profesi, dan komunitas praktisi dapat memberikan perhatian khusus dan memotret apa yang diperlukan bagi transformasi pendidikan di daerahnya.

Pada intinya, setiap guru adalah agen transformasi karena guru akan bergerak, tergerak, dan menggerakkan untuk Indonesia Maju. (vin)