RANNEWS.CO.ID, JAKARTA – Detik-detik Irjen Ferdy Sambo menyuruh Bharada Richard Eliezer alias Bharada E menembak Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J terungkap. Bahkan ada drama pistol jatuh yang tak disadari Sambo dilihat orang lain.
Pada Senin (15/8/2022), momen pistol jatuh ini terjadi saat Sambo mengendap-endap masuk ke dalam rumah dinasnya di Duren Tiga, Jakarta Selatan yang juga TKP pembunuhan.
Saat itu, Sambo dengan menggunakan sarung tangan gelap memegang pistol HS 9. Momen itu kepergok oleh saksi yang berada tak jauh dari rumah Ferdy Sambo. Di saat itulah, pistol yang dipegang oleh Sambo terjatuh.
Pistol yang terjatuh itu kemudian dipungut lagi oleh Sambo. Eks Kadiv Propam Polri ini tak menyadari bila pistol yang jatuh dilihat oleh saksi.
Momen pistol jatuh ini termasuk rangkaian dari peristiwa penembakan terhadap Brigadir J. Sejak awal, Sambo sudah menyusun skenario bahkan menggunakan sarung tangan.
Adapun rangkaian ini bermula saat Ferdy Sambo yang awalnya berada di Mabes Polri datang lebih dahulu. Dia datang bersama sejumlah ajudan. Kemudian datanglah rombongan dari Magelang yakni Putri Chandrawathi, Bharada Richard Eliezer, Brigadir Ricky Rizal, Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat, Kuat Ma’ruf, dan Susi.
Ferdy langsung menemui istrinya untuk mengonfirmasi mengenai peristiwa yang disebut sebagai peristiwa pelecehan. Diduga, Ferdy mendapat informasi awal dari Kuat pada malam sebelumnya.
Di lantai 3 rumah Saguling, Ferdy Sambo kemudian memanggil Ricky dan menyampaikan bahwa istrinya telah dilecehkan. Ferdy kemudian meminta kesediaan Ricky untuk membunuh Yoshua, namun Ricky menolak. Kemudian Ferdy meminta Ricky memanggil Richard Eliezer.
Kepada Richard, Ferdy tak lagi bertanya soal kesediaan menembak, namun langsung mengatakan bahwa Richard harus menembak Yoshua begitu diperintahkan, karena Yoshua telah melecehkan Putri. Sementara Ricky diminta mengambil pistol HS yang biasa dibawa oleh Yoshua. Pistol itu ada di salah satu mobil yang terparkir di garasi. Ferdy meminta magasin pistol HS itu diisi penuh. Setelah magasin terisi, pistol itu dibawa oleh Ferdy Sambo.
Setelah rencana dibuat, rombongan Putri Chandrawathi, yang disertai Ricky, Kuat dan Yoshua, lalu bergerak dari rumah pribadi ke rumah dinas Ferdy Sambo yang jaraknya kurang lebih 500 meter. Tak lama kemudian, Ferdy Sambo bersama rombongan yang membawanya dari Mabes Polri bergerak menuju rumah dinas.
Di saat inilah, Ferdy Sambo mengendap-endap masuk ke dalam rumah dan terjadi momen pistol jatuh hingga dilihat oleh saksi.
Kemudian berlanjut ke dalam rumah dinas. Di ruangan tengah rumah dinas itu awalnya ada Ferdy Sambo, Richard, Ricky, dan Kuat. Putri ada di dalam kamar depan tangga. Sementara Yoshua ada di ruang lain. Ferdy lalu meminta Yoshua dipanggil.
Setelah tiba di ruang tengah, Yoshua saat itu diminta langsung duduk. Ferdy kemudian memanggil Richard yang sedang berada di lantai atas. Begitu tiba di ruang tengah, Richard diminta untuk menembak Yoshua. Sempat ragu, setelah diteriaki setidaknya tiga kali, Richard akhirnya menembak Yoshua.
Kemudian di sinilah Sambo beraksi. Dia memegangkan pistol HS 9 ke tangan Yoshua. Dari posisi itu, Ferdy menembak ke dinding agar seolah terjadi tembak menembak. Mengenai kejadian ini, telah diungkap oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
“Untuk membuat seolah-olah telah terjadi tembak-menembak, Saudara FS melakukan penembakan dengan senjata milik Saudara J ke dinding berkali-kali untuk membuat kesan seolah telah terjadi tembak-menembak,” kata Sigit dalam konferensi pers 10 Agustus 2022 lalu.
Dalam kasus ini, polisi telah menetapkan empat orang tersangka. Keempatnya yakni Irjen Ferdy Sambo, Bharada Richard Eliezer, Bripka Ricky Rizal dan Kuat Ma’ruf. (red)