RANNEWS.CO.ID, JAKARTA – Keberhasilan Indonesia mencapai swasembada beras selama tiga tahun terakhir, 2019-2021, bisa diraih berkat kerja sama terintegrasi berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga para petani. Bagi para petani, capaian tersebut menumbuhkan rasa bangga tersendiri yang memberikan dorongan semangat untuk terus berkarya.
Hal tersebut dirasakan oleh salah satu petani milenial asal Bali, Agung Wedhatama, yang turut hadir dalam acara penyerahan penghargaan Institut Penelitian Padi Internasional (IRRI) kepada pemerintah Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Minggu, 14 Agustus 2022. Penghargaan tersebut diberikan karena Indonesia dinilai memiliki ketahanan sistem pertanian yang baik dan berhasil swasembada beras.
“Kami sebagai petani milenial sangat bangga akan pencapaian negara kita Indonesia dalam tiga tahun ini kita swasembada beras, kita tidak impor beras, dan selalu konsisten kita petani-petani kita di Nusantara bisa memproduksi beras dengan kuantitas yang mencukupi bangsa kita bahkan surplus. Adalah sebuah kebanggan buat saya sebagai petani dan sebagai rakyat Indonesia,” ujar Agung Wedhatama.
Menurut Agung, pandemi Covid-19 yang melanda justru membuat sektor pertanian makin tangguh karena para petani menjadi makin sadar bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang utama. Meski di masa pandemi secara pasar permintaan berkurang, lanjut Agung, tetapi kebutuhan pangan akan terus meningkat dan ke depannya isu pangan akan menjadi isu paling strategis di dunia.
“Ke depan, isu pangan memang menjadi isu paling strategis di dunia. You control the food, you control the people, you control the nation. Selagi kita bisa menyuplai surplus di pangan kita, negara kita akan terkuat sejahtera dan makmur,” imbuhnya.
Sebagai seorang petani, Agung menaruh harapan besar pada pemerintah, antara lain agar infrastruktur pertanian bisa terus ditingkatkan. Selain itu, pengembangan sumber daya manusia terutama anak-anak muda juga harus terus ditingkatkan agar ada regenerasi petani di Indonesia sehingga tatanan pangan Indonesia makin kuat dan tangguh ke depannya.
“Tentu saja yang paling penting pengembangan teknologi pertanian, IoT (internet of things), dan digitalisasi dengan smart farming wajib dilakukan agar kita bisa bersaing dengan pangsa pasar lain sehingga Indonesia bisa menjadi negara maju di 2030-2040 dengan bonus demografi kita,” jelasnya.
Sementara itu, Ade Putra Daulay, petani milenial lainnya yang juga hadir dalam acara tersebut, menilai bahwa kerja sama lintas sektor merupakan faktor utama untuk meningkatkan sektor pertanian Indonesia. Menurutnya, pemerintah baik daerah maupun pusat harus terus memberikan dukungan bagi para petani yang memiliki berbagai keterbatasan.
“Tentunya ini kita harus bersama-sama dan harus mempunyai komitmen yang kuat, itu yang pertama. Yang kedua, bagaimana harapannya terhadap penumbuhan petani-petani milenial yang ada di Indonesia,” ujar petani asal Riau tersebut.
Seperti halnya Agung, Ade pun merasa bangga dengan capaian swasembada beras Indonesia sehingga mendapat penghargaan dari organisasi-organisasi internasional. Apalagi, menurutnya, capaian tersebut diraih di tengah krisis pandemi Covid-19 dan krisi pangan global akibat kondisi geopolitik yang tidak pasti.
“Kita petani milenial melihat hal ini kita apresiasi sangat luar biasa. Kenapa? Karena pada hari ini di tengah pandemi Covid-19 dan juga yang kita dihantui oleh krisis pangan global tetapi Indonesia mampu survive di tengah pandemi Covid-19 ini, mampu meningkatkan hasil-hasil produksi, khususnya beras di Indonesia,” ungkapnya. (vin)