Dukung Target SDGs Tata Kota Indonesia, KBRI Washington D.C. Buka Peluang Kerja Sama Riset RI-AS

17 views
Sumber : kemdikbud.go.id

RANNEWS.CO.ID, WASHINGTON – Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Washington D.C. melalui Kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) kembali menggelar webinar Bincang Karya (Bianka), kali ini dengan mengusung tema Arsitektur, Perencanaan Kota dan Teknik, Selasa (24/5).

Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Amerika Serikat Rosan Reoslani, dalam kesempatan ini, menuturkan terdapat beberapa target pemerintah dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. “Salah satunya dengan mendesain infrastruktur yang dapat mensinergikan dan mendukung semua wilayah Indonesia,” tutur Rosan.

Dilanjutkan Dubes Rosan, saat ini arah pengembangan tata kota di Indonesia mengacu pada SDGs yang telah ditetapkan, khususnya poin kesebelas, yakni menciptakan perkotaan dan pemukiman yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di Washington D.C., Popy Rufaidah, mengakui dirinya menilai isu ini amat strategis untuk didiskusikan. “Kita perlu mengangkat isu ini menjadi tema Bianka yang telah memasuki seri ke-35, dengan semangat Merdeka Belajar dan harapan dapat membuka kemungkinan kerja sama pendidikan ataupun riset antara ahli di Amerika Serikat dan di Indonesia,” tutur Atdikbud Popy dalam kesempatan yang sama.

Selain itu, lanjut Atdikbud Popy, KBRI Washington D.C. terus berkomitmen mempromosikan kesempatan studi pendidikan tinggi ke Amerika Serikat bagi Warga Negara Indonesia. “Generasi muda dapat melanjutkan studi dengan beasiswa pemerintah Indonesia, salah satunya LPDP. Nantinya, SDM Indonesia tangguh yang telah dididik dengan matang ini, akan turut berperan dalam memajukan tanah air,” tambah Atdikbud Popy.

Direktur Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Dwi Larso, yang juga hadir malam itu, menguraikan Pemerintah Indonesia melalui LPDP juga tak hanyba berfokus pada bidang tata kota, namun juga bidang teknik.

“Ke depan, akan semakin banyak wilayah sains dan teknik serta keinsinyuran yang perlu didukung. Tak hanya untuk menciptakan para lulsuan master dan doktor, tapi lebih dari itu, untuk mendukung sektor riil Indonesia. Karena negara besar seperti Indonesia membutuhkan lebih banyak industri yang besar dan kuat untuk mensejahterakan Indonesia di masa depan,” terang Dwi.

Acara yang dipandu Kepala Kantor Internasional Universitas Diponegoro, Anggun Puspitarini Siswanto ini menghadirkan M. Fajri Romdhoni yang baru saja menyelesaikan program doktoralnya di School of Architecture and Design, the University of Kansas. Fajri mempresentasikan risetnya yang berkaitan dengan Urban Geometry dan Konfigurasi Ibu Kota provinsi di Indonesia.

Disampaikan Fajri, risetnya bertujuan mempelajari keberagaman dan keunikan bentuk dan pola (form and pattern) kota-kota Indonesia berdasakan kelompok regionalnya. “Keberagaman kota ini dapat membantu menjelaskan konfigurasi dan struktur kota dan memberikan pemahan serta visualisasi pengembangan kota,” terang Fajri.

Dean School of Architecture and Design, the University of Kansas, Mahbub Rashid, tempat Fajri bersekolah, juga hadir dalam kesempatan ini. Mahbub membahas mengenai proyek yang dikerjakan di departemennya yang disebut Studio 804.

Studio 804 adalah suatu unit nirlaba (not-for-profit) yang berkomitmen kepada riset dan pengembangan konsisten tentang pengembangan bangunan yang berkelanjutan, terjangkau, dan inovatif. Program pendidikan komprehensif ini ditawarkan pada mahasiswa-mahasiswa pascasarjana yang memasuki tahun terakhir Program Master Arsitektur, para profesional, dan mahasiswa transfer, serta siapapun yang ingin menjadi arsitek yang lebih baik.

Studio 804 menawarkan pengalaman merancang dan membangun bangunan canggih secara keseluruhan dari nol, dan mahasiswa diberi kesempatan untuk mengerjakan seluruh aspek dan proses desain dan konstruksi selama sembilan bulan dalam tahun akademik.

“Program Studio 804 ini adalah platinum bersertifikat Leadership in Energy and Environmental Design (LEED) tingkat platinum. Gedung bersertifikat ini dibangun oleh siswa kami dan kami memiliki 19 bangunan seperti itu yang dibangun oleh siswa di negara bagian Kansas. Tidak ada arsitektur besar lainnya yang dapat mengklaim memiliki 19 bangunan bersertifikat Platinum,” terang Rashid.

Selain itu, hadir juga Clara Ciutara, calon doktor bidang Materials Science dari University of Minnesota. Saat ini, Clara tengah meneliti surfaktan, yaitu surface-active material atau materi yang aktif di permukaan, contohnya sabun atau detergen. “Saya mempelajari bagaimana surfaktan bisa mempengaruhi elastisitas permukaan dan ini bisa membantu kita untuk membuat produk dengan properti yang kita inginkan dengan melakukan fine-tuning jenis dan konsentrasi surfaktan tersebut,” ungkap Clara. (vin)